Ketika Perubahan Dimulai dari Tidur

Spread the love

Sejak Oktober 2021, saya mencoba menerapkan hidup yang teratur. Alasannya, karena saya menyadari bahwa kita tidak bisa menggunakan pattern yang sama untuk mengharapkan hasil yang berbeda. Ini merupakan bagian trial and error yang saya lakukan sejak resign pada akhir 2020 silam.

Setelah resign, saya bekerja sebagai pekerja lepas atau freelancer. Dalam perspektif saya, ada banyak hal baik dari freelancing. Kita bisa bebas bekerja kapan saja dan di mana saja. Karena waktu bekerja kita atur sendiri, waktu bekerja pun sesuai dengan keinginan saya.

Jika ingin bekerja pagi, maka saya bekerja pagi. Jika saya sedang tidak mood di pagi hari, saya tunda bekerja di pagi menjadi di sore hari. Mengingat sore hari adalah waktu yang pendek, saya putuskan bekerja saat malam hari. Dengan kebebasan waktu bekerja, saya juga bisa lebih bebas bereksplorasi, seperti traveling atau apa pun itu.

Ternyata, yang awalnya dengan freelance saya pikir bisa lebih bebas bekerja, kenyataannya sebaliknya, saya bekerja bebas. Artinya, ketika pagi hari, saya kepikiran tentang pekerjaan. Saat sudah siang, saya masih berpikir tentang pekerjaan yang sama. Ketika malam hari pun pikiran saya masih tentang pekerjaan.

Percayalah, flexible hour working itu malah buat hidupnya tidak flexsible

Alhasil, pagi, siang, dan malam di pikiran saya hanya tentang pekerjaan. Terlebih, karena bebas memilih waktu bekerja, saya pun menunda banyak pekerjaan. Hasilnya? Saya lelah.

Setelah menyadari apa yang dilakukan tidak seefektif seperti yang saya kira, saya memutuskan untuk merubah pola hidup. Jika sebelumnya saya menjadi manusia bebas dengan jadwal bebas, saya buat diri saya menjadi lebih teratur. Makanya, sejak Oktober lalu, saya mencoba merubah pola hidup saya.

Cukup mengagetkan ketika menyadari jika salah satu hal yang paling signifikan saat kita hendak merubah pola hidup adalah dengan merubah pola tidur. Ya benar, semuanya dimulai dari tidur.

Tidur lebih cepat, overthinking jadi lenyap

woman sleeping
Photo by Ivan Oboleninov on Pexels.com

Mengingat saya bukan lagi mahasiswa dan tidak ada urusan penting di tengah malam, tidak ngepet, dan tidak melakukan hal-hal yang memengaruhi stabilitas negara, saya memaksa diri saya untuk tidur lebih cepat.

Biasanya, jam 11 malam ke atas saya sudah tidak melakukan hal-hal produktif. Pada jam-jam tersebut, saya nonton drama Koreya, scrolling Twitter dan TikTok. Tiga hal ini terkesan sepele, tapi kalau tidak waspada, bisa dua jam lebih saya scrolling Twitter. Menghabiskan waktu dua jam di sosmed berarti waktu tidur telat dan saya bangun lebih siang.

Saya pun memaksa diri sendiri jika jam 12 malam saya harus lepas handphone dan tidur. Sekali dua kali hal itu tidak berhasil. Beruntungnya, ada aplikasi Sleepa yang membantu saya bisa tidur dengan cepat sehingga saya bisa bangun jam 6 atau setengah 7 pagi. Percayalah, bisa bangun di bawah jam 8 pagi itu menyenangkan sekali.

Belum lagi, jam 1 pagi merupakan waktu-waktu yang rentan untuk kita overthinking dengan hal-hal yang tidak penting. Overthinking juga memakan waktu dan hasilnya lagi-lagi kita tidak bisa bangun pagi. Dengan tidur lebih cepat, kita bisa melewati waktu overthinking tanpa ada perasaan bersalah dan membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Masalah baru muncul ketika saya tidur jam 12 karena jam 1 waktunya overthinking, eh, malah jam-jam overthinking ikutan maju jadi jam 11 malam. Karena jam 11 malam juga sudah tidak hal lain yang dilakukan, saya majukan lagi jam 11 malam tangan sudah lepas dari handphone. Bangun pun menjadi lebih cepat walaupun gravitasu kasur saat pagi lebih berat. Yang sedang diusahakan adalah bisa jogging jam setengah 6 pagi.

Tidur siang ternyata sebermanfaat itu

lazy dog resting on sofa near anonymous female owner taking notes in planner
Photo by Samson Katt on Pexels.com

Tidak hanya tidur cepat di malam hari, saya akhirnya mencoba untuk tidur siang. Iya, yang kalian baca tidak salah. Setelah sudah lama banget tidak tidur siang, saya mencoba untuk tidur siang atau bahasa kerennya powernap.

Karena sudah bisa bangun (lebih) pagi, waktu untuk bekerja pun jadi pagi hari. Karena tidak ingin membuka komputer terlalu pagi, saya memutuskan bekerja mulai jam 8 atau jam 9 pagi dan selesai jam 4 atau jam 5 sore. Ada waktu istirahat sekitar 1 jam di jam 1 siang.

Awalnya, waktu istirahat saya gunakan untuk makan siang sambil nonton film. Namun, saya menyadari semangat bekerja setelah itu berkurang drastis dan energi tidak se-fit seperti saat pagi hari. Alhasil, kemampuan untuk fokus pun berkurang. Akhirnya, saya mengganti waktu istirahat tersebut dengan powernap pada pukul 13.00 selama 30 menit sampai 1 jam. Sementara itu, sarapan, masak, dan makan saya lakukan di waktu jeda.

Ada perubahan yang sangat signifikan dari tubuh yang dirasakan setelah tidur siang. Badan terasa lebih segar, menyelesaikan pekerjaan juga jadi lebih mudah. Sama seperti baterai handphone setelah di-charging, ada daya tambahan masuk dari dalam diri kita setelah tidur siang.

Oh iya, karena tidak terbiasa tidur siang, ada kesulitan yang saya hadapi agar bisa tidur dengan cepat. Lagi-lagi saya dibantu oleh aplikasi Sleepa. Setelah pukul 13.00, saya matikan komputer, tutup jendela, buka Sleepa, atur timer selama 30 menit. Pada masa-masa tidur tersebut, pokoknya tangan tidak boleh memegang handphone. Terserah deh mau kepala mau mikir apa, yang penting memejamkan mata. Cara sederhana ini cukup ampuh juga.

Memulai lagi untuk hidup sehat

city man people woman
Photo by cottonbro on Pexels.com

Dari mengubah jam tidur dan melakukan tidur siang, tidak hanya pola bekerja yang berubah, tetapi juga pola hidup. Saya memutuskan jam 4 sore untuk mematikan komputer dan jogging (kalau tidak hujan). Kalau bangun lebih pagi, saya juga jogging di pagi hari. Seorang teman, Kaneko Kentaro, pernah mengatakan jika dia jogging di pagi hari dan sore hari, masing-masing lima km.

Saat Kenta bicara begitu, dalam pikiran saya langsung berkata, “Anjir, bener juga.”

Kita kadang terlalu memaksakan sesuatu, seperti ingin bisa jogging sejauh-jauhnya. Saya sudah terbiasa jogging 5 km. Ego sebagai pria naik dong, kalau 5 km mah gampang, jadi saya ingin jogging 7 km atau bahkan 10 km. Meski demikian, kalau kamu jogging langsung 10 km, langsung kerasa banget capeknya. Biasanya, kalau tubuh terlalu lelah, keesokan harinya kamu berhenti jogging. Makanya, jogging di pagi hari 5 km dan sore hari 5 km itu sangat efektif. Tubuh tidak terasa lelah dan kalori yang terbakar lebih banyak.

Jangan takut badan akan lesu karena habis olahraga, kenyataannya malah sebaliknya. Setelah jogging, badan biasanya lebih panas. Rute yang saya lewati pun selalu sama, kost-stadion Manahan-muter stadion-nonton ibu-ibu senam aerobik-balik kost.

Tidak hanya berolahraga, saya juga memperhatikan makanan yang saya konsumsi, seperti mengurangi minyak dan garam. Ya, tapi saya tidak se-strict itu. Masih makan French fries atau kopi ketika nongkrong. Sesekali juga merokok, tetapi tidak serutin dulu. Dulu juga iseng itu sebenernya wkwkw.

Setelah ngobrol dengan Mirella dan Ivena, saya mencoba untuk meal prep. Saya pergi berbelanja untuk stok makanan beberapa hari. Biasanya, saya beli sayuran, telur, dan tahu. Saya potong sayurannya dan memasukkannya ke dalam Tupperware. Saat hendak dimasak, saya keluarkan, bersihkan, dan masak.

Karena bukan orang yang suka ribet dan bisa makan makanan yang sama dalam waktu lama, bukan hal yang susah untuk saya makan telur rebus, tahu rebus, dan sayur rebus setiap hari. Sesekali juga saya beli buah untuk dimakan dalam beberapa hari. Untungnya di kost ada kulkas, makanan yang disimpan pun jadi lebih awet berhari-hari.

Pada akhirnya, saya menyadari jika keteraturan lah yang fit-in dengan hidup saya. Setelah dijalani, saya tidak bisa menjadi manusia bebas yang bekerja sesuka saja. Ada beberapa perubahan-perubahan yang cukup signifikan, terutama di tubuh dan pola hidup yang dirasakan. Sebenarnya, saat mengubah pattern hidup (yang tidak mudah), ada dua masalah yang saya hadapi, teratur dan konsisten. Saya sudah bisa menemukan keteraturan dalam pola hidup, sekarang tinggal mengusahakan kekonsistenannya lagi.

Leave a Reply