Cumbri, Menembus enam kota dalam satu waktu

Spread the love

Lakukanlah perjalanan maka kau akan tahu kalau kamu tidak patah hati sendirian – @SuarAksara
Ini adalah perjalanan menenangkan hati

Pasca patah hati diawal tahun, efeknyapun luar biasa meracau. Pikiran tidak mampu untuk melihat semuanya dengan jernih. Apa yang dilihat semuanya bisa jadi salah dan tidak ada satupun hal yang terlihat itu yang baik, pokoknya semua buruk dah. Ya mau gimana, lha wong tiba-tiba ada yang buat mental down. Satu-satunya hal paling efektif yang bisa dilakuin ya cuma main.

Saat hatimu patah, melangkahlah . . .

Buat saya, ini adalah salah satu cara meditasi untuk menenangkan pikiran. Jenis meditasi itu ada dua, yang pertama adalah dengan berdiam dan mencari ketenangan lalu menjernihkan pikiran. Sedangkan cara kedua bisa dengan meditasi bergerak. Caranya cuma terus berjalan dan membiarkan segala aura negatif, asumsi dan kesedihan berantam sendiri di kepala lalu pada satu titik kamu akan berhenti dan tersadar semua yang ada dipikiranmu menjadi lebih tenang. Nah saya adalah tipe yang kedua.

Ga sengaja melihat IG Pak ganjar tentang sebuah bukit yang masih berada di jawa tengah, terlihat bagus dan sepertinya belum pernah dikunjungi, daerahnya juga masih asing sepertinya.

Namanya bukit cumbri, sebuah daerah perbukitan yang membentang diperbatasan jawa tengah dan jawa timur. Kalau dilihat dari nama dan tempatnya sih masih belum terlalu banyak tangan-tangan manusia yang menjamah. Akhirnya hasrat untuk pergi menjejakkan kaki kesanapun hadir.

Rencananya mau pergi ke bukit cumbri itu tanggal 27-28 desember yang lalu, namun karena tugas uas laknat itu, mau tak mau harus ditunda dulu.

Akhirnya dengan perencanaan dadakan kita pergi tanggal 11-12 januari. Udah usaha cari temen untuk pergi bareng, ternyata yang bisa cuma satu ; Lidya. Kebetulan lidya ini juga tipe yang kurang piknik. Rencananya, hari pertama kami habiskan dengan pergi ke bukit cumbri, lalu mendaki, menunggu sunset di puncak dan turun dan pulang ke sukoharjo untuk nginep di rumah Eyangnya Lidya.

Dan untuk yang kesekian kalinya ini, gue pergi bareng patjar orang, fiuuh.
“Kita berangkat jamber kak ?” tanya lidya
“Jam setengah 9 ya”
Tapi kita sarapan dulu ya kak.
Lalu, jam setengah sembilan kami masih berpikir mau sarapan apa (permasalahan anak jaman sekarang). Jam 9, karena ga tau mau makan apa, akhirnya kita makan pecel.

Isuk pecel, awan pecel, bengi mangan pecel – Yowisben

Rencana berangkat jam setengah 9 pagi pun harus ngaret, jam setengah 10 tepat kita baru berangkat. Isi bensin lalu melaju ke tempat yang dituju. Jalan panjang sudah menunggu dihadapan kami.

Btw, Bermodal info di google, bukit cumbri itu berada di dua daerah, yakni perbatasan jawa tengah dan jawa timur antara wonogiri dan ponorogo. Itu artinya mau tak mau kami akan pergi nyaris hingga jawa timur dengan estimasi 4 hingga 5 jam perjalanan. . . .dengan naik motor.

Perjalanan dari Semarang lalu ke boyolali hingga sampe solo semua baik-baik saja, secara saya udah sering ke Solo (even seringnya naik bis) dan Lidya pun orang Solo. Jadi kami tidak takut berada di arah yang salah, yang gue takutkan cuma atu, tidak dikasih kepastian *eh.

Tiba sampai di solo pukul setengah 12 siang, DUA JAM PERJALANAN SODARA. Biasanya kalau mengendarai bis, semarang solo memakan waktu 3 jam lebih.

Di Solo kita beristirahat sebentar di Indomaret.
IMG_1208

Sekitar jam setengah satu kita melajutkan perjalanan lagi, Perjalanan dimulai dari Solo menuju ke Sukoharjo dan akhirnya ke Wonogiri. Perjalanan Solo menuju Wonogiri Lidya menjadi petunjuk arah, dia sepertinya sudah expert tentang daerah sukoharjo. Memasuki batas sukoharjo dan wonogiri Lidya bilang :

“kak, abis ini aku ga ngerti jalan lagi”
“Oke, mulai batas ini kita jalan aja, yang penting yakin wkwkwkwk”

Jalan panjang sudah kami lewati tapi masih ada jalan yang lebih panjang lagi yang harus kami tempuh tanpa tau kami sudah sampai mana. Hanya bermodalkan melihat plang petunjuk arah jalan, dan sesekali bus lalu di depan kami, jika terlihat tulisan purwantoro itu artinya kami tidak salah jalan.

Satu hal yang tidak kami pahami, WONOGIRI ITU PUANJAAAAAANG BANGET. Tujuan akhir kami adalah desa Biting kecamatan Purwantoro. Nah Purwantoro itu adalah perbatasan  antara Wonogiri (Jawa Tengah) dan Ponorogo (Jawa Timur) dan Desa Biting yang terletak dipaling ujung. mamam ga tuh

Rasa lelah mulai hinggap di tubuh kami, bosanpun sudah berancang-ancang dari sarangnya. Jangankan desa Biting, melihat papan nama Purwantoro pun tidak. Motor tetap digas terus. Motor mio itu terus melaju dengan kecepatan tetapnya, kadang harus pelan-pelan karena kondisi jalan memang tidak terlalu bagus.

Harapan kami nyaris saja sia-sia, tanda-tanda mendekati daerah Purwantoro masih aja belum terlihat. Udah ah, pokoknya gue gas aja terus.

Spontan saja, kami teriak WOAAAAAAAH. Ketika gapura selamat datang di Purwantoro. Seenggaknya semangat kami mulai bangkit lagi ketika memasuki daerah Purwantoro. Cek di google maps, masih sekitar 20 menit lagi. Kalau dibandingkan dengan 4 jam setengah waktu perjalanan yang lalu, 20 menit tidak ada apa-apanya. Gaskan terus LAE.

Beberapa belas menit kemudian, kami melihat gapura Selamat datang di PONOROGO dengan sponsor dari bank Jatim (ehe).

WOOOOOOOOOOUUUUUUUUOOOOOOO.
Teriakan kami lebih kenceng dari sebelumnya.

Gila ya, kita naik motor banget dari Semarang sampai batas Jawa Tengah dan Jawa Timur. Literally perbatasan.

IMG_1214
Batas Provinsi

Awal pendakian bukit cumbri itu agak masuk kedalam, sebelum sampai di gapura Ponorogo ada jalan agak kecil ke kiri, nah kita akan melalui jalan itu. Dari sana tanda petunjuk arah tentang cumbri ada dimana-mana. Jadi tidak terlalu sulit kita untuk meraihnya. Cuma satu kendalanya, jalannya menanjak lalu kondisi jalan masih belum terlalu bagus, jadi harus tetap hati-hati.

Setengah 3 kita sampai di parkiran sekaligus titik awal perjalanan menuju cumbri. Disana kita cuma membayar parkir saja, tidak ada biaya retribusi untuk masuk. Yang ada cuma bapak penjaga parkir yang sudah sepuh nan baik, dan ibu-ibu yang berjualan yang tak sungkan untuk senyum. Kadang mereka memakai bahasa jawa halus yang saat mereka bicara, kita ga ngerti. Satu hal yang pahami, mereka adalah orang desa dengan keramahan yang sangat superb.

Karena terlalu exitednya kami, ga pake istirahat, beli minum dan sosis untuk bekal, dan langsung cus berangkat.

Jalur pendakian bukit cumbri ini tergolong mudah, ga terlalu sulit juga. Jalanan awal lumayan terjal, namun setelah itu jalanan lumayan mudah. Terus dan terus mendaki. Sepanjang perjalananpun kami disuguhi dengan pemandangan-pemandangan yang memanjakan mata, hamparan luas tentang keindahan ini merefresh pikiran. Sesekali kami juga melihat beberapa kambing sedang asyik melalap rumput disekitar perbukitan cumbri.

Ada juga papan-papan nama dengan quote ndeso tapi lucu.
 

Ternyata perjalanan tidak semudah yang kami bayangkan, beberapa kali harus beristirahat lalu nafas kami sudah mulai terengah-engah. Pasokan oksigen berkurang ges, tenaga juga sudah terasa berkurangnya.

Kita sudah berjalan satu jam, namun puncak ternyata masih jauh sekali.
“Kak, i think it’s enough” kata Lidya ingin menyerah
“NO, tujuan kita disana, bukan disini, berhenti istirahat, tapi tetep harus lanjut jalan lagi”. Kata ku
IMG_1274

Ditempat kami beristirahat, ternyata ada bapak gembala sedang memperhatikan kawanan kambing-kambingnya, rasanya tenang sekali hidup jadi bapak gembala itu, dengan pemandangan seindah ini, dia hidup sambil menikmati hidup.

IMG_1288
Nak, kamu hidup dengan terlalu melewatkan banyak hal indah

Jalan dari padang rumput menuju puncak jadi lebih berat. Jenis lintasan pendakian sudah didominasi oleh batu-batu yang curam. Kami harus lebih berhati-hati kalau meleset saja melangkah kami bisa celaka dan terluka. Jangan, cukup hati saja yha.

Tidak lama setelah itu akhirnya kami sampai puncak.

“WAAAAAAAAAAAAAAH” akhirnya sampe juga, sesuatu yang mustahil sudah berhasil kami jejaki. Ga mau kehilangan momen, istirahat bentar lalu poto-poto, lalu poto-poto dan poto-poto. Wkwkwkwkw

Ada spot menarik untuk tempat poto di puncak cumbri itu, tapi untuk menjangkau spot itu butuh perjuangan ekstra. Diatasnya pun angin berhembus kencang banget.

IMG_1334
Nikmat Tuhan mana lagi yang ingin dinistakan ?

 

Puas dengan poto-poto sampai kami kehabisan gaya, akhirnya kami beristirahat dipuncak sambil mendengarkan lagu SAMPAI JADI DEBU nya Banda Neira. Rasanya itu wuiiiiiiiiih, gila adem bets men.

Saat badai menyerang kau disampingku, kau aman ada bersamaku. – Banda Neira

Pukul 17.15 kita memutuskan untuk turun sebelum malam datang dan hari semakin gelap. Perjalanan turun itu lebih gampang, kita hanya istirahat satu kali, lalu terus berjalan menuju tempat parkir dengan harapan sampai sana sebelum gelap.

Harapan kami terwujud, kami sampai tepat sebelum malam datang dan siang nyaris berlalu. Warung-warung ibu tadi sudah tutup ternyata bapak sepuh penjaga parkir itu masih disana menunggu kami pulang.

“gila, baik banget nih bapak” kata ku dalam hati.

Istirahat sebentar di pondok yang warungnya sudah tutup itu, sambil bercengkrama bersama bapak sepuh itu. Gaya bicaranya yang tak fasih bahasa Indonesia, kadang becampur dengan bahasa jawa halus. Beruntung saya masih bisa mengerti apa yang dibicarakannya.

Sekitar setengah 7 kurang, kami pamit untuk pulang, karena perjalanan ke sukoharjo sekitar 2-3 jam.

Ketika saya lagi mempersiapkan motor untuk pulang, tiba-tiba dengan keberanian di tengah ketakutan, suara getir dengan keragu-raguan, bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa jawa halus, beliau berkata

Kira-kira artinya begini :

“Dek, semoga habis dari sini semakin ditambah-tambahkan anugerah dari Tuhan ya dek”

DEG. . .

Tiba-tiba saya teringat “patah hati” yang sedang saya alami. Seakan-akan Malaikat di sebelah kanan saya berkata

“Tenang aje boy, masalah “ini” mah gampang, biar gue yang urus”

Kami melanjutkan perjalanan pulang ke sukoharjo, jalan pada malam hati sangat gelap, tanpa penerangan, banyak tikungan dan turunan. Tapi malam itu sembari mengendarai motor, saya bersyukur banget. “Gila ya, Tuhan menyampaikan pesan dengan cara yang ga terduga sama sekali”.

Di tengah perjalanan, akhirnya kami singgah di ayam panggang mbok Tiyem, karena kami baru sadar kalau hari ini baru sekali makan pecel lalu makan sossis. Ayam panggang mbok Tiyem ini udah terkenal banget di wonogiri.

IMG_1379
Ayam Panggang Mbok Tiyem

Ayamnya ena, sambelnya Ntaps. Tak butuh waktu lama untuk melahap semua ini, karena emang kami udah kelaparan

Selesai makan malam

Perjalanan dari purwantoro ke sukoharjo itu jauh banget, 3 jam lebih. Apalagi kami sudah 5 jam naik motor, 1,5 jam mendaki, 1 jam turun bukit. Belum lagi hujan sedang rindu-rindunya.

Jam setengah 10 malam pun kita sampai di rumah eyangnya Lidya, sukoharjo.

Setengah 10 pagi kami mulai berangkat, jam setengah 10 malam pun kami menyelesaikan perjalanan hari ini. Malam ini kami bisa beristirahat yang panjang, karena masih ada perjalanan panjang tuk hari esok.

 

Dari perjalanan ini saya jadi tahu, Tuhan sama seperti saya, lagi sayang-sayangnya sama kamu

Leave a Reply