Review Film Susah Sinyal

Spread the love

Sejak meledaknya film CTS (Cek Toko Sebelah), film-film besitan Ernest Prakasa memang salah satu deretan film Indonesia yang paling ditunggu. Diakui bahwa film Cek Toko Sebelah benar-benar membawa angin segar untuk dunia perfilman Indonesia, ga tanggung-tanggung (kalo ga salah) Cek Toko Sebelah menyabet 17 Pengahargaan di berbagai ajang festival film dan berbagai nominasi.

Lalu, setelah cek toko sebelah, apa lagi ?

Kayaknya sih, emang sudah jadi agenda koh Ernest untuk membuat film di setiap akhir tahun. Dan Ini yang selalu ditunggu para penikmat film di Indonesia. Film yang diproduksi pun sudah diworo-woro jauh hari, dari rencana hingga proses produksinya, progress film nya sendiri selalu di update di akun media sosial para anggota yang terlibat. Netizen pun makin tidak sabar menunggu release nya film ini.

susah sinyal
Nomor kursi paling depan –”

Dan JENG JENG. . . kemarin adalah premier dari film Susah Sinyal, tanggal 21 Desember  film Susah Sinyal ditayangkan serentak di seluruh Indonesia. Tak ingin ketinggalan euforia dari film ini, akhirnya saya mengajak seseorang untuk nonton.

“Dek nonton Susah Sinyal yuks”
“yuklah” (sukanya sama siapa, nontonnya sama siapa -_-)
Rencana awalnya kita bersepakat untuk nonton Susah Sinyal jam 9 malem, tiba-tiba rencana berubah mendadak.

“bang, kalo nonton dibawah jam 9 malem bisa ga ?”

“Aku lihat jadwalnya dulu ya”

“Ada nih, jam 7 malem”

“yaudah jam segitu aja”

Saya lihat jam, sudah jam 6. Tersisa waktu sekitar satu jam lagi untuk siap-siap, jemput, pergi ke transmart, dan beli tiket. Euforia peluncuran film inipun tak sedikit, buktinya kursi kosong hanya deretan yang paling depan

Beruntung kita masih mendapatkan kursi, walaupun kebagian deretan yang paling tengah dan paling depan. Baru kali ini menonton bioskop ada rasa sakit-sakitnya, sepanjang film berjalan kepala agak mendongak ke layar terus.

NAH, let’s review the movie.
Film Susah Sinyal 2017

Tapi disclaimer dulu deh, ini hanya personal opinion dari saya. I’ll be honest about this movie, kelebihan, kekurangan, bagian-bagian yang menarik dan tidak, i’ll show it in my perspective. Mungkin ada setuju atau pun tidak dengan pendapat saya, tidak terlalu menjadi masalah.

Dan review film tanpa spoiler ini agak gimana gitu ya, jadi kalo ga mau dapet spoiler ya gausah dibaca :”

Overall, film ini bagus bagus bangeeeettt. Seperti film-film sebelumnya, Susah Sinyal mengangkat isu yang dianggap remeh namun sebenarnya sangat penting, ; Hubungan antara ibu dan anak. Terlebih dalam budaya timur dan perkembangan zaman, teknologi yang begitu cepat.

Susah Sinyal menceritakan seorang ibu, Ellen (Adinia Wirasti) adalah seorang single fighter yang berjarak dengan anak semata wayangnya, Kiara (Aurora Ribero). Jarak ini bukan tanpa sebab, Sang ibu harus sekolah dan bekerja lagi selepas bercerai dengan suaminya. Jadi ketika Ellen kuliah dan bekerja sebagai pengacara, Kiara diasuh oleh omenya, jadi Kiara lebih dekat dengan oma nya ketimbang dengan Ellen (sound familiar ? )

“Tapi sepertinya ayahmu tidak siap dengan satu wanita saja”

Akibat menikah muda (tuntutan dari kakek Kiara), dan sang suami tidak bisa setia, divorce jalan terbaik bagi Ellen. Hak asus Kiara pun jatuh pada Ellen.

Yang paling kejam dari film ini adalah, Adinia Wirasti sama Aurora Ribero ini cantiknya kebangetan. Sekali lagi CANTIKNYA KEBANGETAAAN. Aktingnya juga terlihat natural sekali, terlebih lagi untuk si Aurora ini, pertama kali debut langsung berhadapan dengan Adinia Wirasti, yang trendnya sedang melonjak tinggi karena film Critical Eleven. Akting Aurora ternyata bisa mengimbangi pemain peran yang lainnya. Terlihat  Lembut, alami dan manis.

aurora
Adinia Wirasti dan Aurora, cantik mana lagi yang kau dustakan ?

Peran-peran yang lain pun tak kalah bagusnya. Kolaborasi Abdur dan Arie, Ge dan pasangannya, “Koh Afuk” dan penyanyi dangdut (ehe) melebur jadi satu dalam rangkaian cerita yang natural. Dan peran gong nya sendiri jangan lupa, keabsurd-an Dodit Mulyanto, “orang jawa yang memegang budaya Eropa” membuat perut mekel.

Cameonya pun bener-bener ga terduga, ada JRX SID (ngapain anjer, dia di film ini), Terus atraksi Snow Aurora Arashi dan mamanya (anak dan istri koh ernest) yang diluar sangkaan, kenapa nih anak malah jadi rebel gini –‘’. Ya emang agak absurd sih. Permainan peran Aurora dan si ibuk juga bagus (sekeluarga sepertinya bisa bersandiwara ya koh wkkwkwk).

Oke, bahas topik lain dari film ini lagi.

Jalan cerita yang ditampilkan film ini pun enak banget dinikmati, ga ada lompatan-lompatan yang membingungkan. Bagian dari cerita itu sendiri. Callback jangan minta maaf kalau kamu tidak benar-benar tulus” itu bener-bener tajem banget, dalem hati ngomong “anjir, dibalikin omongan emaknya sendiri”.

Quote dari Oma pun menjadi pesan kuat buat orang-orang yang selalu overthinking about everything.

“Jangan selalu mengambil asumsi terburuk dalam setiap hal, capek tau”

Klimaks ceritanya pun PETCAH banget, ditambah lagi backgroud music STARS and RABBIT. STARS and RABBIT meeen, salah satu band indie INDOLAQ. Perpaduan antara musik dan konflik klimaks benar-benar epic banget, harus menahan sekuat tenaga nih biar ga nangis.

untungnya saya kuat, ehe.

Saatnya beralih ke bagian yang lain. Bagian yang membuat saya sedikit kurang sreg, bukan ga suka ya, tapi agak gimana gitu.

Sebenarnya kesalahan terbesar menonton film ini adalah saya menonton dengan menggunakan standar di film Cek Toko Sebelah. Padahal ketika menonton Cek Toko Sebelah saya tidak menggunakan ekspektasi apa-apa. Harus saya akui, itu membuat saya berpikir “ah ada yang kurang nih”. Yang membedakan antara CTS dan SS (Susah Sinyal) adalah itensitas komedi dari CTS jauh lebih banyak dibandingkan SS itu sendiri, bukan berarti komedi di SS tidak bagus, jokesnya sih renyah dan bagus, tapi hanya beberapa yang meledak puas. Ada beberapa jokes yang kurang terdeliver dengan baik, seperti “what is amsyong ? terus dijawab “Nikah aja sama cina”. Itu sebenarnya pecah banget kalo lingkungan audiens nya ada orang cina.

Di SS juga banyak bagian-bagian film ini tidak terlalu terperinci, sehingga emosinya terlalu dipaksakan, karena ada beberapa konflik,  perseteruan Gisel dan Gading contohnya.

Dan satu lagi, setiap scene di pengadilan, kesan pengadilan yang ditampilkan tidak terlalu terasa, suasanya persidangannya belum benar-benar hidup. Saya pribadi belum bisa masuk kedalam cerita seutuhnya.

So, the conclusion is. . .

Ernest Prakasa ini saya akui pinter banget melihat kegelisahan-kegelisahan nyata yang kadang tak terlihat di kehidupan sehari-hari. Cara mendeliver pesannya pun dibungkus menjadi tidak terkesan serius dan membosankan.

Jadi film SS apakah layak untuk ditonton ?

Menurut saya sih, film ini memang layak untuk dilihat. Terlebih bersama keluarga, karena pesan keluarganya begitu kental.

Buat yang belum nonton CTS ini bisa menjadi positive point buat kamu, sedangkan buat yang pernah nonton CTS, tinggalkan saja ekspektasi menonton SS seperti CTS, itu bakal jauh lebih menyenangkan dan menghibur. Bobot cerita SS sendiri itu lebih besar dibanding CTS, kerumitan konflik dan ceritapun baik, delivery ceritanya belum begitu rapi.

But Overall, ga nyesel deh pokoknya nonton ini.
Big Thanks Koh Ernest udah buat film bagus ini.

Leave a Reply